Saturday 27 December 2014

Tidak Manusiawi ! Beginilah Kondisi RSJ Terburuk Dunia Yang Terekam Kamera



Sebuah rumah sakit jiwa bernama Federico Mora yang berada di negara Guatemala dicap sebagai rumah sakit jiwa paling buruk dan berbahaya di dunia. Hal ini terekspos dan berhasil didokumentasikan oleh wartawan BBC yang menyamar

Rumah Sakit Federico Mora adalah rumah bagi sekitar 340 pasien, termasuk 50 penjahat kekerasan dan mental-terganggu. Yang mengenjutkan hanya sebagian kecil dari pasien jiwa tersebut yang mengalami kesehatan mental yang serius, sisanya sekitar 74% adalah pasien yang hanya membutuhkan sedikit pengobatan dan perhatian, bahkan memiliki status “dapat dipulangkan” ke rumahnya

Ketika para wartawan BBC yang menyamar menyambangi RSJ ini, melihat pemandangan dimana-mana tubuh pasien tergeletak atau terbarik di lantai, di halaman bawah terik matahari. Mereka tergeletak lemah seperti sedang dibius. Kepala mereka telah dicukur cepak, baju compang-camping tak beralas kaki, bahkan ada yang telanjang yang diselimuti oleh kotoran dan air kencingnya sendiri. Kondisi ini bisa kita bayangkan seperti seseorang tahanan kamp konsentrasi di zaman perang.

RSJ ini tidak terekspos karena wartawan dilarang masuk, untunglah wartawan BBC ini menyamar menjadi pekerja amal mampu menipu sang direktur rumah sakit yang bernama Romeo Minera. Ketika mereka diajak menuju bangsal oleh salah satu staff rumah sakit, tiba-tiba seorang pasien pria memegang erat dan merangkul kaki salah satu wartawan tersebut sambil berkata : “Bawa aku pergi dari sini”

Dalam perjalanan mengintari rumah sakit itu, staff RSJ menjelaskan bahwa 2 sampai 3 perawat harus menjaga 60-70 pasien. Untuk itu beberapa perawat memakai obat bius sebagai cara “menjaga” pasien agar tetap tenang dan terkendali. Saat staff RSJ sibuk menjelaskan apa saja perawatan yang mereka lakukan, seseorang dari wartawan yang menyamar tersebut menyelinap masuk ke sebuah koridor

Dalam koridor yang panjang dan gelap, ia dapat melihat lebih banyak pasien yang berbaring mengenaskan. Para pasien tampak terlalu lemas untuk mengurus kebersihannya sendiri karena dibius. Ada genangan air urin di kasur, dan pakaian pada beberapa pasien yang tercakup dalam kotoran mereka sendiri. Bau kotoran manusia yang begitu menyengat membuat wartawan tersebut mencoba mati-matian untuk menahan muntah.

Di rumah sakit ini apa pun bisa terjadi, penjaga rumah sakit membuat sebuah pengakuan bahwa di rumah sakit ini sering terjadi pemerkosaan kepada pasien oleh staff rumah sakit tersebut.

Hal tersebut pun dibenarkan oleh mantan pasien dari rumah sakit tersebut. Seorang wanita mengatakan dia mengalami pelecehan seksual oleh seorang perawat laki-laki saat tidur. Saat itu ia baru berusia 17 tahun dan masih perawan.

"Saya tidak menyadari hal itu karena saya dibius, saya baru menyadari sampai hari berikutnya bahwa aku telah kehilangan kepolosan saya, ketika melihat darah di bawah kaki saya" jelas wanita mantan pasien RSJ tersebut. Ia pun mengalami trauma, hingga setelah 2 minggu  berada disana, ia menangis kepada keluarganya agar ia segera dikeluarkan dari tempat itu. Mantan pasien lain mengalami hal yang sama, selama 3 tahun, dan ia pun menggunakan jalur hukum dengan mengklaim ia salah didiagnosis dengan skizofrenia.

Para wartawan juga melihat pasien di ruangan isolasi dimana ruangan tersebut adalah ruang dengan luas 2 meter persegi dengan jendela kecil, seorang pria meringkuk di sudut lantai dengan ditutupi kotoran manusia, beberapa dari mereka berteriak-teriak di dalam dinding berusaha keras untuk keluar. Ruangan isolasi ini adalah sebuah kebijakan pemerintah Guatemala sebagai “tindakan darurat untuk menyelamatkan nyawa”

Kasus ini akan diusut ke pengandilan internasional pada tahun 2015, dan kita akan melihat pemerintah Guatemala bereaksi. Dengan adanya kasus ini, pemerintahan Guatemala bisa menghadapi sanksi ekonomi dan perdagangan dari anggota Inter-Amerika dan komisi-komisi lainnya.

Pemerintah Guatemala mengklaim kepada BBC bahwa mereka telah mulai proses peningkatan kesehatan jiwa di seluruh negeri dan mulai membangun tembok untuk memisahkan para tahanan dari para pasien. Meskipun mereka mengaku belum menerima laporan pelecehan seksual atau pemerkosaan, namun mereka mengakui akan memerintahkan penyelidikan internal lain.

"Sebagai negara berkembang dengan ekonomi yang buruk bukan alasan untuk penyiksaan, pelecehan seksual dan tidak ada perawatan yang bermartabat," tutup wartawan BBC